Aku Tidak Menyesal Meninggalkan Karirku Ketika Aku Hamil dan Harus Memilih Anakku, Namun Terkadang Aku Kehilangan Arah
Ketika aku pertama kali mengetahui bahwa aku hamil anak kedua, rasanya seperti kabar baik yang diiringi dengan goncangan besar. Aku bekerja di bidang yang sudah kugeluti selama hampir sepuluh tahun. Karirku sedang berada di puncak—pengakuan dari rekan kerja, kenaikan gaji, dan tanggung jawab yang membuatku merasa dihargai. Namun, tubuhku mulai memberi isyarat lain. Kehamilan kali ini jauh berbeda dari yang pertama. Aku sering merasa kelelahan, sakit kepala, dan bahkan tugas-tugas sederhana menjadi beban. Aku tahu aku perlu memilih. “Anak ini membutuhkanmu,” suara hati kecilku berbisik suatu malam ketika aku meringkuk kelelahan di sofa, masih mengenakan pakaian kerja setelah seharian penuh bekerja tanpa henti. Aku melihat anak sulungku yang tertidur pulas, dan pikiran lain menghantui: “Kau bahkan sudah sering absen untuknya. Bagaimana dengan anak yang baru akan lahir ini?” Keputusan untuk berhenti bekerja tidak datang dengan mudah. Aku bertarung dengan diriku sendiri s...